Saat aku lulus di SD aku mendapat nilai yang sangat memuaskan.
Seperti janji ayahku kalau nilaiku baik aku akan dikirim di luar kota
yang pendidikannya lebih baik. Disana aku dititipkan dirumah pamanku, om
Hari. Dia orang yang sangat kaya raya. Rumahnya sangat megah tapi
terletak disebuah desa pinggir kota. Rumahnya terdapat dua lantai dan
dilengkapi juga kolam renang yang lumayan besar. Om Hari orangnya sangat
sibuk, dia mempunyai istri yang sangat cantik namanya Tante Reni,
wajahnya mirip dengan Amara. Dia mempunyai anak yang masih kecil. Tante
Reni rajin merawat tubuhnya, walapun dia sudah mempunyai satu anak
tubuhnya tetap padat berisi ditunjang dengan payudara yang sangat montok
kira kira 34B. Hal itu yang membuatku tertarik akan keindahan serta
anugrah dari seorang wanita.
Sesampainya dirumah Om
Hari. Aku memasuki pintu rumah yang besar. Disana aku disambut oleh Om
Hari dan istrinya. Om Hari menjabat tanganku sedangkan Tante menciumku.
Aku agak sungkan dengan perlakuan seperti itu. Pembantu disana disuruh
membawakan tasku dan mengantarkan sampai di kamarku. Aku mendapat kamar
yang 3 kali lipat dari kamar tidurku dirumah. Setelah itu aku
berkeliling rumah melihat kolam renang serta sempat melihat kamar mandi
yang tak terbayang olehku. Disana terdapat tempat cuci tangan dengan
cermin yang besar wc, bathup, dan dua shower yang satu dengan kaca buram
sedangan yang satu dengan kain yang diputarkan membentuk 1/4 lingkaran
(sorry aku nggak tahu namanya). Tempat itu masih dalam satu ruangan
tanpa penyekat.
Sore hari, aku duduk ditepi kolam. Om
Hari datang menghampiriku dia bilang mau pergi keluar kota. Dia juga
mohon maaf tidak bisa menemaniku. Kami pun mengantarkan sampai pagar
rumah. Setelah itu aku kembali duduk menikmati suasana kolam renang.
Tiba tiba dari belakang muncul sosok yang sangat menawan. Tante dengan
baluatan piyama menghampiriku.
“Ren kamu suka nggak ama rumah ini”
“Suka banget Tante, kayaknya aku kerasan banget dengan rumah ini tiap sore bisa renang”
“Kamu suka renang, yuk kita renang bareng, pas waktu ini udara sangat panas”
Wahhh
kebetulan aku bisa renang ama Tante yang bahenol. Waktu bertemu pertama
kali aku cuma bisa membayangkan bentuk tubuhnya waktu renang dengan
balutan swimsuit. Tapi ketika dia berdiri. Dia membuka piyamanya. Kontan
aku tersedak ketika dia hanya memakai Bikini yang sangat sexy dengan
warna yang coklat muda. Model bawahannya G-String.
“Huhuukkk… Aduh Tante aku kira Tante mau telanjang”
“Enak aja kalau kamu, Om bilang kamu suka bercanda”
“Tante nggak malu dilihatin ama satpam Tante, Tante pake bikini seperti ini”
“Ihh ini sudah biasa Tante pake bikini kadang ada orang kampung ngintip Tante”
“Benar Tante… Tapi sayang aku lupa bawa celana renang”
“Ah…
Nggak apa apa pake aja dulu celana dalam kamu. Nanti aku suruh bi’ Imah
suruh beli buat kamu, yuk nyebur…” segera Tante menyeburkan dirinya.
Dengan malu malu aku membuka bajuku tapi belum buka celana. Aku malu ama
Tante. Lalu dia naik dari kolam. Dia memdekatiku
“Ayo cepet… Malu ya ama Tante nggak apa apa. Kan kamu keponakan Tante. Jadi sama dengan kakak perempuan kamu.”
Waktu
dia mendekatiku terlihat jelas putingnya menonjol keluar. Maklum nggak
ada bikini pake busa. Aku melirik bagian payudaranya. Dia hanya
tersenyum.
Setelah itu dia kembali menarikku. Tanpa
basa basi dengan muka tertunduk aku melorotkan celana dalamku. Yang aku
takutkan kepala adikku kelihatan kalau lagi tegang menyembul dibalik
celana dalamku. Setelah melepas celanaku langsung aku berenang bersama
Tante.
Setelah puas renang aku naik dan segera ke kamar
mandi yang besar. Aku masuk disana ketika aku ingin menutupnya, tidak
ada kuncinya jadi kalau ada orang masuk tinggal buka aja. Aku segera
bergegas tempat dengan penutup kain. Aku tanggalkan semua yang
tertinggal ditubuhku dan aku membilas dengan air dingin. Ketika hendak
menyabuni tubuhku. Terdengar suara pintu terbuka, aku mengintip ternyata
Tanteku yang masuk. Kontan aku kaget aku berusaha agar tidak ketahuan.
Ketika dia membuka sedikit tempatku aku spontan kaget segera aku
menghadap ke belakang.
“Ehhh… Maaf ya Ren aku nggak tahu kalau kamu ada didalam. Habis nggak ada suara sih”
Langsung
segera wajahku memerah. Aku baru sadar kalau Tante sudah menanggalkan
bikini bagian atasnya. Dia segera menutupinya dengan telapak tangannya.
Aku tahu waktu tubuhku menghadap kebelakang tapi kepalaku lagi menoleh
kepadanya.
“Maaf… Juga Tante… Ini salahku” jawabku yang
seolah tidak sadar apa yang aku lakukan. Yang lebih menarik telapak
tangan Tante tidak cukup menutupi semua bagiannya. Disana terdapat
puting kecil berwarna cokelat serta sangat kontras dengan besarnya
payudara Tante.
“Tante tutup dong tirainya, akukan malu”
Cerita
Dewasa - Cerita Sexs Menikmati Tubuh - Segera ditutup tirai itu. Dengan
keras shower aku hidupkan seolah olah aku sedang mandi. Segera aku
intip Tanteku. Ternyata dia masih diluar belum masuk tempat shower. Dia
berdiri didepat cermin. Disana dia sedang membersihkan muka, tampak
payudaranya bergoyang goyang menggairahkan sekali. Dengan sengaja aku
sedikit membuka tirai supaya aku dapat melihatnya. Aku bermain dengan
adikku yang langsung keras. Kukocok dengan sabun cair milik Tante.
Ketika aku intip yang kedua kali dia mengoleskan cairan disekujur
tubuhnya. Aku melihat tubuh Tante mengkilap setelah diberi cairan itu.
Aku tidak tahu cairan apa itu. Dia mengoleskan disekitar payudaranya
agak lama. Sambil diputar putar kadang agar diremas kecil. Ketika
sekitar 2 menit kayaknya dia mendesis membuka sedikit mulutnya sambildia
memejamkan mata. Sambil menikmati pemandangan aku konsentrasikan pada
kocokanku dan akhirnya… Crot crot…
Air maniku tumpah
semua ke CD bekas aku renang tadi. Yang aku kagetkan nggak ada handuk,
lupa aku ambil dari dalam tasku. Aku bingung. Setelah beberapa saat aku
tidak melihat Tante di depan cermin, tapi dia sudah berada di depan
shower yang satunya. Aku tercengang waktu dia melorotkan CDnya dengan
perlahan lahan dan melemparkan CDnya kekeranjang dan masuk ke shower.
Setelah beberapa kemudian dia keluar. Aku sengaja tidak keluar menunggu
Tanteku pergi. Tapi dia menghampiriku.
“Ren koq lama banget mandinya. Hayo ngapain didalam”
Kemudian
aku mengeluarkan kepalaku saja dibalik tirai. Aku kaget dia ada
dihadapanku tanpa satu busanapun yang menempel ditubuhnya. Langsung aku
tutup kembali.
“Rendi malu ya, nggak usah malu akukan masih Tantemu. Nggak papalah?”
“Anu Tante aku lupa bawa handuk jadi aku malu kalau harus keluar”
“Aku juga lupa bawa handuk, udahlah kamu keluar dulu aja. Aku mau ambilkan handukmu.”
Tante
sudah pergi. Akupun keluar dari shower. Setelah bebrapa menit aku mulai
kedinginan yang tadi adikku mengeras tiba tiba mengecil kembali. Lalu
pintu terbuka pembantu Tante yang usianya seperti kakakku datang bawa
handuk, akupun kaget segera aku menutupi adikku. Dia melihatku cuma
tersenyum manis. Aku tertunduk malu. Setelah dia keluar, belum sempet
aku menutup auratku Tanteku masuk masih tetap telanjang hanya aja dia
sudah pake cd model g-string.
“Ada apa Tante. Kok masih telanjang” jawabku sok cuek bebek padahal aku sangat malu ketika adikku berdiri lagi.
“Sudah nggak malu ya…, anu Ren aku mau minta tolong”
“Tolong apa Tante koq serius banget… Tapi maaf ya Tante adik Rendi berdiri”
Dia malah tertawa.”Idih itu sih biasa kalau lagi liat wanita telanjang” jawab Tante.
“Begini aku minta Rendi meluluri badan Tante soalnya tukang lulurnya nggak datang”
Bagai disambar petir. Aku belum pernah pegang cewek sejak saat itu. Pucuk dicinta ulam tiba.
“Mau nggak…?
“Mau Tante.”
Segera
dia berbaring tengkurap. Aku melumuri punggung Tante dengan lulur. Aku
ratakan disegala tubuhnya. Tiba tiba handukku terlepas. Nongol deh
senjataku, langsung aku tutupi dengan tanganku
“Sudah biarin aja, yang ada cuma aku dan kamu apa sih yang kamu malukan.”
Dengan santainya dia menaruh handukku kelantai.
“Tubuh Tante bagus banget. Walaupun sudah punya anak tetap payudara Tante besar lagi kenceng”
Aku
berbicara waktu aku tahu payudaranya tergencet waktu dia tengkurap. Dan
dia hanya tersenyum. Aku sekarang meluluri bagian pahanya dan
pantatnya.
“Ren berhenti sebentar”
Akupun
berhenti lalu dia mencopot cdnya. Otomatis adikku tambah gagah. Aku
tetap tak berani menatap bagian bawahnya. Setelah beberapa waktu dia
membalikkan badan ke arahku. Lagi lagi aku tersedak melihat pemandangan
itu.
“Ren Adikmu lagi tegang tegangnya nih kayaknya sudah hampir keluar nih.”
Lalu
dia menyuruh aku mengolesinya dibagian payudaranya. Dia suruh aku
supaya agak meremas remasnya. Aku pun ketagian acara itu disana aku
melihat puting berwarna coklat muda lagi mengeras. Kadang kadang aku
senggol putingnya atau aku sentil. Dia memekik dan mendesah seperti ulat
kepanasan.
“Ren terus remas… Uhuhh remes yang kuat”
“Tante
kok jarang rambutnya dianunya Tante. Nggak kaya Mbak Ana” aku bertanya
dan dia hanya tersenyum ketika tanganku beralih di daerah vagina.
Ketika
aku menyentuh vagina Tante yang jarang rambutnya. Aku gemetar ketika
tanganku menyentuh gundukan itu. Belum aku kasih lulur daerah itu sudah
basah dengan sendirinya. Aku disuruhnya terus mengusap usap daerah itu,
kadang aku tekan bagian keduanya.
“Ren pijatanmu enak banget… Terus…”
Setelah
aku terus gosok dengan lembut tiba tiba Tante menegang. Serrr serrr,
aku mencari sumber bunyi yang pelan tapi jelas. Aku tahu kalau itu
berasal dibagian sensitif Tante. Lalu dia terkulai lemas.
“Makasih ya atas acara lulurannya. Untung ada kamu. Ternyata kamu ahli juga ya”
“Tentu Tante, kalau ada apa apa bisa andalkan Rendi”
Lalu
dia pergi dari kamar mandi itu. Aku memakai handuk untuk menutupi
bagian tubuhku. Aku mengikutinya dari belakang. Ternyata dia berjalan
jalan dirumah tanpa sehelai benang pun. Aku pun segera masuk ke kamar
tidur yang dipersiapkan, tenyata ada pembantu yang tadi mengambilkan
handuk sedang menata pakaianku ke dalam almari.
“Den, Rendi, tadi kaget nggak ngeliat ibu telanjang” sebelum aku jawab.
Dia
memberitahukan kalau Tante itu suka telanjang dan memamerkan tubuhnya
ke semua orang baik perempuan maupun laki laki tapi tidak berani kalau
ada suaminya. Pembantu itu juga memberitahukan kejadian yang aneh dia
sering renang telanjang dan yang paling aneh kadang kadang ketika dia
menyirami bunga dia telanjang dada di depan rumah tepatnya halaman
depan, padahal sering orang lewat depan rumah.
“Sudah ganti sana cd ada didalam lemari itu tapi kayaknya anunya den Rendi masih amatir” dia menggodaku.
Setelah
melewati beberapa hari akupun sering mandi sama Tante bahkan hampir
tiap hari. Semakin dipandang tubuhnya makin oke aja. Itu semua
pengalaman saya hidup dirumah Tante Reni yang aduhai. Tapi aku kecewa
waktu aku meninggalkan rumah itu. Aku disana belum genap satu tahun.
Karena harus balik lagi ke rumah karena ayah ibuku bekerja diluar kota
dan aku harus tunggu bersama kakakku Ana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Tante Reni yang Bahenol"
Posting Komentar